Senin, 13 Maret 2017

Jaran Goyang

aran goyang terdiri dari kata jaran ‘kuda”, dan goyang ‘goyang, bergerak’. Dalam hubungan ini, apabila tiba-tiba ter­jadi seorang gadis menjadi tidak sadar karena “guna-guna”se­orang jejaka dari jarak jauh, dikatakan bahwa gadis itu terkena jaran goyang. Pada saat demikian, biasanya si gadis itu meronta- ronta dan bergerak-gerak di atas tempat tidur, seakan-akan se­ekor kuda yang sedang bergerak-gerak, dan terdengar suara me­ratap dan berlagu dari mulutnya, memilukan hati. Ratapan itu biasanya ditujukan kepada si jejaka yang sengaja “mengerjakan­nya” dari jarak jauh itu. 
Peristiwa itu biasanya teijadi apabila pernyataan cinta se­orang jejaka ditolak oleh si gadis, apalagi jika tolakan itu diser­tai dengan sikap dan tindakan menghina yang menusuk hati. Peristiwa itu berlangsung kira-kira dalam waktu satu atau dua jam. Selama si gadis di dalam hatinya masih bersikap menolak jejaka itu, peristiwa itu akan sering terulang pada saat si gadis itu bersedih karena sesuatu hal, marah yang meluap, frustrasi, dimarahi, atau merasa tersinggung perasaannya. Hal itu menga­kibatkan kondisi jasmani gadis itu lama kelamaan menurun, mengurus, sakit-sakitan, berubah ingatan, atau kadang-kadang berakhir dengan kematian.
Dari kebiasaan itu lahirlah ilham untuk menciptakan tari tradisional ciptaan baru, diberi nama jaran goyang, dan termasuk tari duet muda-mudi yang tengah dimabuk cinta. Temanya meng­gambarkan bertemunya seorang pria dan seorang wanita yang tidak saling mengenal, menerbitkan rasa cinta dan sekaligus menyatakannya, tetapi si wanita bersikap jinak-jinak merpati, dan bahkan menolak cinta itu. Karena penolakan itu, si pria yang merasa cinta sucinya mendapat sambutan pahit, mencoba dan berusaha menguasai si gadis, dan dengan kekuatan gaib atas usahanya, jatuhlah hati si wanita dan bertekuk lutut, menyerah pasrah, dan teijadilah ikatan cinta mesra antara mereka.
Pasangan penari yang baik, dengan ekspresi yang matang dalam membawakan tarian ini, akan melahirkan komunikasi yang positif dengan penonton, bahkan penonton akan terbuai, seakan-akan merasakan (kembali) masa remaja. Tari jaran goyang diiringi musik pengiring berupa perangkat lengkap angklung Banyuwangi, tanpa iringan vokal banyuwa- ngen. Ciri khas tradisional tari ini terlihat pada gerak tari, eks­presi, serta pembawaan pada penampilannya, yaitu punya ciri gerak tari gandrung, serta irama alunan angklung dan pukulan gendang. Tarian ini biasanya hanya ditarikan oleh sepasang pe­nari muda-mudi yang sedang mabuk asmara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar